Selasa, 25 Maret 2008

Anak-Anak Karbitan (Sebuah Renungan Bagi Para Orangtua dalam Mendidik Anak)

Ditulis oleh Dewi Utama Faizah*)Bekerja di Direktorat pendidikan TK dan SD DitjenDikdasmen, Depdiknas, Program Director untuk InstitutPengembangan Pendidikan KarakterDivisi dari Indonesia Heritage Foundation..

Anak-anak yang digegas Menjadi cepat mekar Cepatmatang dan pintar tapi akhirnya Cepat layuPendidikan bagi anak usia dini sekarang tengahmarak-maraknya. Dimana mana orang tua merasakanpentingnya mendidik anak melalui lembaga persekolahanyang ada. Mereka pun berlomba untuk memberikananak-anak mereka pelayanan pendidikan yang baik. Tamankanak-kanak pun berdiri dengan berbagai rupa, di kotahingga ke desa. Kursus-kursus kilat untuk anak-anakpun juga bertaburan di berbagai tempat. Tawaranberbagai macam bentuk pendidikan ini amat beragam.Mulai dari yang puluhan ribu hingga jutaan rupiah perbulannya. Dari kursus yang dapat membuat otak anakcerdas dan pintar berhitung, cakap berbagai bahasa,hingga fisik kuat dan sehat melalui kegiatan menari,main musik dan berenang. Dunia pendidikan saat inibetul-betul penuh dengan denyut kegairahan. Penuhtawaran yang menggiurkan yang terkadang menguras isikantung orangtua..Captive market!Kondisi diatas terlihat biasa saja bagi orang awam.Namun apabila kita amati lebih cermat, dan kita bacaberbagai informasi di intenet dan lileratur yang adatentang bagaimana pendidikan yang patut bagi anak usiadini, maka kita akan terkejut! Saat ini hampirsebagian besar penyelenggaraan pendidikan bagianak-anak usia dini melakukan kesalahan. Di sampingketidak patutan yang dilakukan oleh orang tua akibatketidaktahuannya! Anak-Anak Yang Digegas… Ada beberapaindikator untuk melihat berbagai ketidakpatutanterhadap anak. Di antaranya yang paling menonjoladalah orientasi pada kemampuan intelektual secaradini. Akibatnya bermunculanlah anak-anak ajaib dengankepintaran intelektual luar biasa. Mereka dicoba untukmenjalani akselerasi dalam pendidikannya denganmemperoleh pengayaan kecakapan-kecakapan akademik didalam dan di luar sekolah.Kasus yang pernah dimuat tentang kisah seorang anakpintar karbitan ini terjadi pada tahun 1930, sepertiyang dimuat majalah New Yorker. Terjadi pada seoranganak yang bernama WJS, putra seorang psikiater.Kecerdasan otaknya membuat anak itu segera masukHarvard College walaupun usianya masih 11 tahun.Kecerdasannya di bidang matematika begitu mengesankanbanyak orang. Prestasinya sebagai anak jeniusmenghiasi berbagai media masa. Namun apa yang terjadikemudian? James Thurber seorang wartawan terkemuka.pada suatu hari menemukan seorang pemulung mobil tua,yang tak lain adalah WJS. Si anak ajaib yang begitudibanggakan dan membuat orang banyak berdecak kagumpada beberapa waktu silam.Kisah lain tentang kehebatan kognitif yangdiberdayakan juga terjadi pada scorang anak perempuanbernama E. Terjadi pada tahun 1952, dimana seorang Ibuyang bemama AS telah berhasil melakukan eksperimenmenyiapkan lingkungan yang sangat menstimulasiperkembangan kognitif anaknya sejak si anak masihbenapa janin. Baru saja bayi itu lahir ibunya telahmemperdengarkan suara musik klasik di telinga sangbayi. Kemudian diajak berbicara dengan menggunakanbahasa orang dewasa. Setiap saat sang bayi dikenalkankartu-kartu bergambar dan kosa kata baru. Hasilnyasungguh mencengangkan! Di usia 1 tahun E telah dapatberbicara dengan kalimat sempurna. Di usia 5 tahun Etelah menyelesaikan membaca ensiklopedi Britannica.Usia 6 tahun ia membaca enam buah buku dan Koran NewYork Times setiap harinya. Usia 12 tahun dia masukuniversitas. Ketika usianya menginjak 15 lahun lamenjadi guru matematika di Michigan State University.AS berhasil menjadikan E anak jenius karena terkaitdengan kapasitas otak yang sangat tak berhingga. Namunkhabar E selanjutnya juga tidak terdengar lagi ketikaia dewasa. Banyak kesuksesan yang diraih anak saat iamenjadi anak, tidak menjadi sesuatu yang bemakna dalamkehidupan anak ketika ia menjadi manusia dewasa.Berbeda dengan banyak kasus legendaris orang-orangterkenal yang berhasil mengguncang dunia denganpenemuannya. Di saat mereka kecil mereka hanyalahanak-anak biasa yang terkadang juga dilabel sebagaimurid yang dungu. Seperti halnya Einsten yangmengalami kesulitan belajar hingga kelas 3 SD. Diadicap sebagai anak bebal yang suka melamun.Selama berpuluh-puluh tahun orang begitu yakin bahwakeberhasilan anak di masa depan sangat ditentukan olehfaktor kognitif. Otak memang memiliki kemampuan luarbiasa yang tiada berhingga. Oleh karena itu banyakorangtua dan para pendidik tergoda untuk melakukan“Early Childhood Training”. Era pemberdayaan otakmencapai masa keemasanmya. Setiap orangtua danpendidik berlomba-lomba menjadikan anak-anak merekamenjadi anak-anak yang super (Superkids). Kurikulumpun dikemas dengan muatan 90 % bermuatan kognitif yangmengfungsikan belahan otak kiri. Sementara fungsibelahan otak kanan hanya mendapat porsi 10% saja.Ketidakseimbangan dalam memfungsikan ke dua belahanotak dalam proses pendidikan di sekolah sangatmencolok. Hal ini terjadi sekarang dimana-rnana, diIndonesia…“Early Ripe, early Rot…!”Gejala ketidakpatutan dalam mendidik ini mulaiterlihat pada tahun 1960 di Amerika. Saat orangtua danpara professional merasakan pentingnya pendidikan bagianak-anak semenjak usia dini. Orangtua merasa apabilamereka tidak segera mengajarkan anak-anak merekaberhitung, membaca dan menulis sejak dini maka merekaakan kehilangan “peluang emas” bagi anak-anak merekaselanjutnya. Mereka memasukkan anak-anak merekasesegera mungkin ke Taman Kanak-Kanak (Pra Sekolah).Taman Kanak-kanak pun dengan senang hati menerimaanak-anak yang masih berusia di bawah usia 4 tahun.Kepada anak-anak ini gurunya membelajarkan membaca danberhitung secara formal sebagai pemula.Terjadinya kemajuan radikal dalam pendidikan usia dinidi Amerika sudah dirasakan saat Rusia meluncurkanSputnik pada tahun 1957. Mulailah “Era Headstart”merancah dunia pendidikan. Para akademisi begituoptimis untuk membelajarkan sains dan matematikakepada anak sebanyak dan sebisa mereka (tiadaberhingga). Sementara mereka tidak tahu banyak tentanganak, apa yang mereka butuhkan dan inginkan sebagaianak. Puncak keoptimisan era Headstart diakhiri denganpernyataan Jerome Bruner, seorang psikolog dariHarvard University yang menulis sebuah buku terkenal“The Process of Education” pada tahun 1960, lamenyatakan bahwa kompetensi anak untuk belajar sangattidak berhingga. Inilah buku suci pendidikan yangmereformasi kurikulum pendidikan di Amerika. “We beginwith the hypothesis that any subject can be taughteffectively in some intellectually honest way to anychild at any stage of development”. Inilah kalimatyang merupakan hipotesis Bruner yang di salahartikanoleh banyak pendidik, yang akhirnya menjadi bencana!Pendidikan dilaksanakan dengan cara memaksa otak kirianak sehingga membuat mereka cepat matang dan cepatbusuk…Early ripe, early rot! Anak-anak menjadi tertekan.Mulai dari tingkat pra sekolah hingga usia SD. Dirumah para orangtua kemudian juga melakukan hal yangsama, yaitu mengajarkan sedini mungkin anak-anakmereka membaca ketika Glenn Doman menuliskan kiat-kiatpraktis membelajarkan bayi membaca.Bencana berikutnya datang saat Arnold Gesellmemaparkan konsep “kesiapan-readiness” dalam ilmupsikologi perkembangan temuannya yang mendapat banyakdecakan kagum. Ia berpendapat tentang “biologicallimitations on learning”. Untuk itu ia menekankanperlunya dilakukan intervensi dini dan rangsanganinlelektual dini kepada anak agar mereka segera siapbelajar apapun. Tekanan yang bertubi-tubi dalammemperoleh kecakapan akademik di sekolah membuatanak-anak menjadi cepat mekar. Anak -anak menjadi“miniature orang dewasa”.Lihatlah sekarang, anak-anak itu juga bertingkah polahsebagaimana layaknya orang dewasa. Mereka berpakaianseperti orang dewasa, berlaku pun juga seperti orangdewasa. Di sisi lain media pun merangsang anak untukcepat mekar terkait dengan musik, buku, film,televisi, dan internet. Lihatlah maraknya program teveyang belum pantas ditonton anak-anak yang ditayangkandi pagi atau pun sore hari. Media begitu merangsangkeingintahuan anak tentang dunia seputar orangdewasa. sebagai seksual promosi yang menyesatkan.Pendek kata media telah memekarkan bahasa. berpikirdan perilaku anak lumbuh kembang secara cepat. Tapiapakah kita tahu bagaimana tentang emosi dan perasaananak? Apakah faktor emosi dan perasaan juga dapatdigegas untuk dimekarkan seperti halnya kecerdasan?Perasaan dan emosi ternyata memiliki waktu danritmenya sendiri yang tidak dapat digegas ataudikarbit. Bisa saja anak terlihat berpenampilansebagai layaknya orang dewasa, tetapi perasaan merekatidak seperti orang dewasa.Anak-anak memang terlihat tumbuh cepat di berbagai haltetapi tidak di semua hal. Tumbuh mekarnya emosisangat berbeda dengan tumbuh mekarnya kecerdasan(intelektual) anak. Oleh karena perkembangan emosilebih rumit dan sukar, terkait dengan berbagaikeadaan, Cobalah perhatikan, khususnva saat perilakuanak menampilkan gaya “kedewasaan “, sementaraperasaannya menangis berteriak sebagai “anak”. DampakBerikutnya Terjadi… ketika anak memasuki usia remaja.Akibat negatif lainnya dari anak-anak karbitanterlihat ketika ia memasuki usia remaja. Mereka tidaksegan-segan mempertontonkan berbagai macam perilakuyang tidak patut.Patricia 0′ Brien menamakannya sebagai “TheShrinking of Childhood” Lu belum tahu ya… bahwa guetelah melakukan segalanya”, begitu pengakuan seorangremaja pria berusia 12 tahun kepada teman-temannya.“Gue tahu apa itu minuman keras, drug, dan seks ”serunya bangga.Berbagai kasus yang terjadi pada anak-anak karbitanmemperlihatkan bagaimana pengaruh tekanan dini padaanak akan menyebabkan berbagai gangguan kepribadiandan emosi pada anak. Oleh karena ketika semua menjadicepat mekar…. kebutuhan emosi dan sosial anak jadi takdipedulikan! Sementara anak sendiri membutuhkan waktuuntuk tumbuh, untuk belajar dan untuk berkembang, ….sebuah proses dalam kehidupannya !Saat ini terlihat kecenderungan keluarga muda lapisanmenengah ke atas yang berkarier di luar rumah tidakmenuliki waktu banyak dengan anak-anak mereka. Ataupun jika si ibu berkarier di dalam rumah, ia lebihmengandalkan tenaga “baby sitter” sebagai pengasuhanak-anaknya. Colette Dowling menamakan ibu-ibu mudakelompok ini sebagai “Cinderella Syndrome” yang senangwindow shopping, ikut arisan, ke salon memanjakandiri, atau menonton telenovela atau buku romantis.Sebagai bentuk ilusi rnenghindari kehidupan nyata vangmereka jalani.Kelompok ini akan sangat bangga jika anak-anak merekabersekolah di lembaga pendidikan yang mahal, ikutberbagai kegiatan kurikuler, ikut berbagai Ies, danmengikuti berbagai arena, seperti lomba penyanyicilik, lomba model ini dan itu. Para orangtua ini jugasangat bangga jika anak-anak mereka superior di segalabidang, bukan hanya di sekolah. Sementara orangtuayang sibuk juga mewakilkan diri mereka kepada babysitter terhadap pengasuhan dan pendidikan anak-anakmereka. Tidak jarang para baby sitter ini mengikutipendidikan parenting di Iembaga pendidikan eksekutifsebagai wakil dari orang tua.Era SuperkidsKecenderungan orangtua menjadikan anaknva “be special”daripada “be average or normal” sernakin marakterlihat. Orangtua sangat ingin anak-anak merekamenjadi “to exel to be the best”. Sebetulnya tidakada yang salah. Namun ketika anak-anak mereka digegasuntuk mulai mengikuti berbagai kepentingan orangtuauntuk menyuruh anak mereka mengikuti beragam kegiatan,seperti kegiatan mental aritmatik, sempoa, renang,basket, balet, tari ball, piano, biola, melukis, danbanyak lagi lainnya…maka lahirlah anak-anaksuper—”SUPERKIDS”. Cost merawat anak superkids inisangat mahal.Era Superkids berorientasi kepada “Competent Child”.Orangtua saling berkompetisi dalam mendidik anakkarena mereka percaya ”earlier is better”. Semakindini dan cepat dalam menginvestasikan beragampengetahuan ke dalam diri anak mereka, maka itu akansemakin baik. Neil Posmant seorang sosiolog Amerikapada tahun 80-an meramalkan bahwa jika anak-anaktercabut dari masa kanak-kanaknya, makalihatlah…ketika anak-anak itu menjadi dewasa, maka iaakan menjadi orang dewasa yang ke kanak-kanakan!Berbagai Gaya OrangtuaKondisi ketidakpatutan dalam memperIakukan anak initelah melahirkan berbagai gaya orangtua (ParentingStyle) yang melakukan kesalahan -”miseducation”terhadap pengasuhan pendidikan anak-anaknya. Elkind(1989) mengelompokkan berbagai gaya orangtua dalampengasuhan, antara lain:Gourmet Parents (ORTU B0RJU)Mereka adalah kelompok pasangan muda yang sukses.Memiliki rumah bagus, mobil mewah, liburan ketempat-tempat yang eksotis di dunia, dengan gaya hidupkebarat-baratan. Apabila menjadi orangtua maka merekaakan cenderung merawat anak-anaknya seperti halnyamerawat karier dan harta mereka. Penuh dengan ambisi!Berbagai macam buku akan dibaca karena ingin tahuisu-isu mutakhir tentang cara mengasuh anak. Merekasangat percaya bahwa tugas pengasuhan yang baikseperti halnya membangun karier, maka “superkids”merupakan bukti dari kehebatan mereka sebagaiorangtua.Orangtua kelompok ini memakaikan anak-anaknvabaju-baju mahal bermerek terkenal, memasukkannya kedalam program-program eksklusif yang prestisius.Keluar masuk restoran mahal. Usia 3 tahun anak-anakmereka sudah diajak tamasya keliling dunia mendampingiorangtuanya. Jika suatu saat kita melihat sebuahsekolah yang halaman parkirnya dipenuhi oleh berbagaimerek mobil terkenal, maka itulah sekolah dimanabanyak kelompok orangtua “gourmet ” atau- kelompokborju menyekolahkan anak-anaknya.College Degree Parents (ORTU INTELEK)Kelompok ini merupakan bentuk lain dari keluargaintelek yang menengah ke atas. Mereka sangat pedulidengan pendidikan anak-anaknya. Sering melibatkan diridalam barbagai kegiatan di sekolah anaknya. Misalnyamembantu membuat majalah dinding, dan kegiatan ekstrakurikular lainnya. Mereka percaya pendidikan yang baikmerupakan pondasi dari kesuksesan hidup. Terkadangmereka juga tergiur menjadikan anak-anak mereka“Superkids “, Apabila si anak memperlihatkan kemampuanakademik yang tinggi.Terkadang mereka juga memasukkan anak-anaknya kesekolah mahal yang prestisius sebagai buku bahwamereka mampu dan percaya bahwa pendidikan yang baiktentu juga harus dibayar dengan pantas. Kelebihankelompok ini adalah sangat peduli dan kritis terhadapkurikulum yang dilaksanakan di sekolah anak anaknya.Dan dalam banyak hal mereka banyak membantu dan pedulidengan kondisi sekolahGold Medal Parents (ORTU SELEBRITIS)Kelompok ini adalah kelompok orangtua Yangmenginginkan anak-anaknya menjadi kompetitor dalamberbagai gelanggang. Mereka sering mengikutkan anaknyake berbagai kompetisi dan gelanggang. Ada gelanggangilmu pengetahuan seperti Olimpiade matematika dansains yang akhir-akhir ini lagi marak di Indonesia.Ada juga gelanggang seni seperti ikut menyanyi, kontesmenari, terkadang kontes kecantikan. Berbagai caraakan mereka tempuh agar anak-anaknya dapat meraihkemenangan dan menjadi “seorang Bintang Sejati “.Sejak dini mereka persiapkan anak-anak mereka menjadi“Sang Juara”, mulai dari juara renang, menyanyi danmelukis hingga none abang cilik kelika anak-anakmereka masih berusia TK.Sebagai ilustrasi dalam sebuah arena lomba ratu cilikdi Padang puluhan anak-anak TK baik laki-laki maupunperempuan tengah menunggu di mulainya lomba pakaianadat. Ruangan yang sesak, penuh asap rokok, dan acarayang molor menunggu datangnya tokoh anak dari Jakarta.Anak- anak mulai resah, berkeringat, mata memerahkarena keringat melelehi mascara mata kecil mereka.Para orangtua masih bersemangat, membujuk anak-anaknyabersabar.Mengharapkan acara segera di mulai dan anaknya akankeluar sebagai pemenang. Sementara pihak penyelenggaramengusir panas dengan berkipas kertas. Banyak kasusyang mengenaskan menimpa diri anak akibat perilakuambisi kelompok gold medal parents ini. Sebagai contohpada tahun 70-an seorang gadis kecil pesenam usia TKrnengalami kelainan tulang akibat ambisi ayahnya yangguru olahraga. Atau kasus “bintang cilik” yangmengalami tekanan hidup dari dunia glamour masakanak-kanaknya. Kemudian menjadikannya pengguna danpengedar narkoba hingga menjadi penghuni penjara. Ataubintang cilik dunia H yang setelah dewasa hanyamenjadi pasien dokter jiwa. Gold medal parentmenimbulkan banyak bencana pada anak-anak mereka! Padatanggal 26 Mei lalu kita sasikan di TV bagaimanabintang cilik “J” yang bintangnya mulai meredup danmengkhawatirkan orangtuanya. Orangtua J berambisiuntuk kembali menjadikan anaknya seorang bintangdengan kembali menggelar konser tunggal. Sebagian darikita tentu masih ingat bagaimana lucu dan pintarnya. Jketika berumur kurang 3 tahun. Dia muncul di TVsebagai anak ajaib karena dapat menghapal puluhannama-nama kepala negara. kemudian di usia balitanyadia menjadi penyanyi cilik terkenal. Kita kagumbagaimana seorang bapak yang tamatan SMU dan bekerjadi salon dapat membentuk dan menjadikan anaknyaseorang “superkid ”-seorang penyanyi sekaligus seorangbintang film,….Do-it Yourself ParentsMerupakan kelompok orangtua yang mengasuh anak-anaknyasecara alami dan menyatu dengan semesta. Mereka seringmenjadi pelayanan professional di bidang sosial dankesehatan, sebagai pekerja sosial di sekolah, ditempat ibadah., di Posyandu dan di perpustakaan.Kelompok ini menyekolahkan anak-anaknya di sekolahnegeri yang tidak begitu mahal dan sesuai dengankeuangan mereka. Walaupun begitu kelompok ini jugabemimpi untuk menjadikan anak-anaknya“Superkids..earlier is better”.Dalam kehidupan sehari-hari anak-anak mereka diajakmencintai lingkungannya. Mereka juga mengajarkanmerawat dan memelihara hewan atau tumbuhan yang merekasukai. Kelompok ini merupakan kelompok penyayangbinatang, dan mencintai lingkungan hidup yang bersih.Outward Bound Parents— (ORTU PARANOID)Untuk orangtua kelompok ini mereka memprioritaskanpendidikan yang dapat memberi kenyamanan dankeselamatan kepada anak-anaknya. Tujuan merekasederhana, agar anak-anak dapat bertahan di dunia yangpenuh dengan permusuhan. Dunia di luar keluarga merekadianggap penuh dengan marabahaya. Jika merekamenyekolahkan anak-anaknya maka mereka Iebih memilihsekolah yang nyaman dan tidak melewati tempat-tempattawuran yang berbahaya. Seperti halnya Do It YourselfParents, kelompok ini secara tak disengaja jugaterkadang terpengaruh dan menerima konsep “Superkids”.Mereka mengharapkan anak-anaknya menjadi anak-anakyang hebat agar dapat melindungi diri mereka dariberbagai macam marabahaya. Terkadang mereka melatihkecakapan melindungi diri dari bahaya, sepertimemasukkan anak-anaknya “Karate, Yudo, pencak Silat”sejak dini. Ketidakpatutan pemikiran kelompok inidalam mendidik anak-anaknya adalah bahwa merekaterlalu berlebihan melihat marabahaya di luar rumahtangga mereka, mudah panik dan ketakutan melihatsituasi yang selalu mereka pikir akan membawa dampakburuk kepada anak. Akibatnya anak-anak mereka menjadi“steril” dengan lingkungannya.Prodigy Parents (ORTU INSTANT)Merupakan kelompok orangtua yang sukses dalam kariernamun tidak memiliki pendidikan yang cukup. Merekacukup berada, namun tidak berpendidikan yang baik.Mereka memandang kesuksesan mereka di dunia bisnismerupakan bakat semata. Oleh karena itu mereka jugamemandang sekolah dengan sebelah mata, hanya sebagaikekuatan yang akan menumpulkan kemampuan anak-anaknya.‘Tidak kalah mengejutkannya, mereka juga memandanganak-anaknya akan hebat dan sukses seperti merekatanpa memikirkan pendidikan seperti apa yang cocokdiberikan kepada anaknya. Oleh karena itu merekasangat mudah terpengaruh kiat-kiat atau cara unikdalam mendidik anak tanpa bersekolah.Buku-buku instant dalam mendidik anak sangat merekasukai. Misalnya buku tentang “Kiat-Kiat Mengajarkanbayi Membaca” karangan Glenn Doman, atau “Kiat-KiatMengajarkan Bayi Matematika” karangan Siegfried,“Berikan Anakmu pemikiran Cemerlang” karangan ThereseEngelmann, dan “Kiat-Kiat Mengajarkan Anak DapatMembaca Dalam Waktu 6 Hari ” karangan Sidney LedsonEncounter Group Parents (ORTU NGERUMPI)Merupakan kelompok orangtua yang memiliki danmenyenangi pergaulan. Mereka terkadang cukupberpendidikan, namun tidak cukup berada atau terkadangtidak memiliki pekerjaan tetap (luntang lantung).Terkadang mereka juga merupakan kelompok orangtua yangkurang bahagia dalam perkawinannya. Mereka menyukaidan sangat mementingkan nilai-nilai relationship dalammembina hubungan dengan orang lain. Sebagai akibatnyakelompok ini sering melakukan ketidakpatutan dalammendidik anak-­anak dengan berbagai perilaku “gangngrumpi” yang terkadang mengabaikan anak. Kelompok inibanyak membuang-buang waktu dalam kelompoknya sehinggamengabaikan fungsi mereka sebagai orangtua. Atau punjika mereka memiliki aktivitas di kelompokya lebihberorientasi kepada kepentingan kelompok mereka.Kelompok ini sangat mudah terpengaruh dan latah untukmemilihkan pendidikan bagi anak-anaknya. Menjadikananak-anak mereka sebagai “Superkids” juga sangatdiharapkan. Namun banyak dari anak-anak merekabiasanya kurang menampilkan minat dan prestasi yangdiharapkan.Milk and Cookies Parents (ORTU IDEAL)Kelompok ini merupakan kelompok orangtua yang memilikimasa kanak-kanak yang bahagia, yang memiliki kehidupanmasa kecil yang sehat dan manis. Mereka cenderungmenjadi orangtua yang hangat dan menyayangianak-anaknya dengan tulus. Mereka juga sangat pedulidan mengiringi tumbuh kembang anak-anak mereka denganpenuh dukungan. Kelompok ini tidak berpeluang menjadiorangtua yang melakukan “miseducation” dalam merawatdan mengasuh anak-anaknva. Mereka memberikanlingkungan yang nyaman kepada anak-anaknya denganpenuh perhatian, dan tumpahan cinta kasih yang tulussebagai orang tua.Mereka memenuhi rumah tangga mereka dengan buku-buku,lukisan dan musik yang disukai oleh anak-anaknya.Mereka berdiskusi di ruang makan, bersahabat danmenciptakan lingkungan yang menstimulasi anak-anakmereka untuk tumbuh mekar segala potensi dirinya.Anak-anak mereka pun meninggalkan masa kanak-kanakdengan penuh kenangan indah. Kehangatan hidupberkeluarga menumbuhkan kekuatan rasa yang sehat padaanak untuk percaya diri dan antusias dalam kehidupanbelajar. Kelompok ini merupakan kelompok orangtua yangmenjalankan tugasnya dengan patut kepada anak-anakmereka. Mereka begitu yakin bahwa anak membutuhkansuatu proses dan waktu untuk dapat menemukan sendirikeistimewaan yang dimilikinya.Dengan kata lain mereka percaya bahwa anak sendirilahyang akan menemukan sendiri kekuatan di dirinya. Bagimereka setiap anak adalah benar-benar seorang anakyang hebat dengan kekuatan potensi yang juga berbedadan unik !Perspektif Sekolah Yang Mengkarbitkan Anak.Kecenderungan sekolah untuk melakukan pengkarbitankepada anak didiknya juga terlihat jelas. Hal initerjadi ketika sekolah berorientasi kepada produkdaripada proses pembelajaran. Sekolah terlihat sebagaisebuah “Industri” dengan tawaran-tawaran menarik yangmengabaikan kebutuhan anak. Ada program akselerasi,ada program kelas unggulan. Pekerjaan rumah yangmenumpuk. Tugas-tugas dalam bentuk hanya lembarankerja. Kemudian guru-guru yang sibuk sebagai “Operatorkurikulum” dan tidak punya waktu mempersiapkan materiajar karena rangkap tugas sebagai administratorsekolah Sebagai guru kelas yang mengawasi dan mengajarterkadang lebih dari 40 anak, guru hanya dapat menjadi“pengabar isi buku pelajaran” ketimbang menjalankanfungsi edukatif dalam menfasilitasi pembelajaran. Disaat-saat tertentu sekolah akan menggunakan“mesin-mesin dalam menskor” capaian prestasi yangdiperoleh anak setelah diberikan ujian berupapotongan-potongan mata pelajaran. Anak didik menjadidimiskinkan dalam menjalani pendidikan di sckolah.Pikiran mereka diforsir untuk menghapalkan ataumelakukan tugas-tugas yang tidak mereka butuhkansebagai anak.Manfaat apa yang mereka peroleh jika guru menyita anakmembuat bagan organisasi sebuah birokrasi? Manfaat apayang dirasakan anak jika mereka diminta membuat PRyang menuliskan susunan kabinet yang ada dipemerintahan? Manfaat apa yang dimiliki anak jika iadisuruh menghapal kalimat-kalimat yang ada di dalambuku pelajaran ? Tumpulnya rasa dalam mencerna apayang dipikirkan oleh otak dengan apa yangdirefleksikan dalam sanubari dan perilaku-perilakukeseharian mereka sebagai anak menjadi semakinsenjang.Anak-anak tahu banyak tentang pengetahuan yangdilatihkan melalui berbagai mata pelajaran yang adadalam kurikulum persekolahan, namun mereka bingungmengimplementasikan dalam kehidupan nyata. Sepanjanghari mereka bersekolah di sekolah untuk sekolah—dengan tugas-tugas dan PR yang menumpuk…. Namunsekolah tidak mengerti bahwa anak sebenarnya butuhbersekolah untuk menyongsong kehidupannya!Lihatlah, mereka semua belajar dengan cara yang sama.Membangun 90 % kognitif dengan 10 % afektif. PauloFreire mengatakan bahwa sekolah telah melakukan“pedagogy of the oppressed” terhadap anak-anakdidiknya. Dimana guru mengajar anak diajar, gurumengerti semuanya dan anak tidak tahu apa-apa, guruberpikir dan anak dipikirkan, guru berbicara dan anakmendengarkan, guru mendisiplin dan anak didisiplin,guru memilih dan mendesakkan pilihannya dan anak hanyamengikuti, guru bertindak dan anak hanya membayangkanbertindak lewat cerita guru, guru memilih isi programdan anak menjalaninya begitu saja, guru adalah subjekdan anak adalah objek dari proses pembelajaran(Freire, 1993). Model pembelajaran banking system inidikritik habis-habisan sebagai masalah kemanusiaanterbesar. Belum lagi persaingan antar sekolah. danpersaingan ranking wilayah. Mengkompetensi Anak—merupakan ‘KETIDAKPATUTAN PENDIDIKAN?”“Anak adalah anugrah Tuhan… sebagai hadiah kepadasemesta alam, tetapi citra anak dibentuk olehsentuhan tangan-tangan manusia dewasa yangbertanggungjawab.” (Nature versus Nurture). Bagaimana?Karena ada dua pengertian kompetensi: kompetensi yangdatang dari kebutuhan di luar diri anak (direkayasaoleh orang dewasa) atau kompetensi yang sesuai dengankebutuhan dari dalam diri anak sendiri Sebagai contohadalah konsep kompetensi yang dikemukakan oleh JohnWatson (psikolog) pada tahun 1920 yang mengatakanbahwa bayi dapat ditempa menjadi apapun sesuaikehendak kita-­sebagai komponen sentral dari konsepkompetensi. Jika bayi-bayi mampu jadi pembelajar, makamereka juga dapat dibentuk melalui pembelajaran dini.Kata-kata Watson yang sangat terkenal adalah sebagaiberikut :“Give me a dozen healthy infants, well formed and myown special world to bring them up in, and I’llguarantee you to take any one at random and train himto become any type of specialist I mightselect-doctor, lawyer, artist, merchant chief and yes,even beggar and thief regardless of this talents,penchants , tendencies, vocations, and race of hisancestors.”Pemikiran Watson membuat banyak orang tua melahirkan“intervensi dini” setelah mereka melakukan serangkaiantes Inteligensi kepada anak-anaknya. Ada sebuah kasuskontroversi yang terjadi di Institut New Jersey padatahun 1976. Dimana guru-guru melakukan serangkaianprogram tes untuk mengukur “Kecakapan Dasar Minimum(Minimum Basic Skill) “dalam mata pelajaran membacadan matematika.Hasil dari pelaksanaan program ini dilaporkan kolomnispendidikan Fred Hechinger kepada New York Timessebagai berikut : The improvement in those areas werenot the result of any magic program or any singularteaching strategy, they were… simply proof thataccountability is crucial and that, in the past fiveyears, it has paid off in New Yersey”.Juga belajar dari biografi tiga orang tokoh legendarisdunia seperti Eleanor Roosevelt, Albert Einstein danThomas Edison, yang diilustrasikan sebagai anak-anakyang bodoh dan mengalami keterlambatan dalam akademikketika mereka bersekolah di SD kelas rendah.semestinya kita dapat menyimpulkan bahwa pendidikandini sangat berbahaya jika dibuatkan kompetensi-perolehan pengetahuan hanya secara kognitif. Karenaitulah hingga hari ini sekolah belum mampu menjawabdan dapat menampilkan kompetensi emosi sosial anakdalam proses pembelajaran.Pendidikan anak seutuhnya yang terkait dengan berbagaiaspek seperti emosi, sosial, kognitif pisik, dan moralbelum dapat dikemas dalam pembelajaran di sekolahsecara terintegrasi. Sementara pendidikan sejatiadalah pendidikan yang mampu melibatkan berbagai aspekyang dimiliki anak sebagai kompetensi yang beragam danunik untuk dibelajarkan. Bukan anak dibelajarkan untukdi tes dan di skor saja!Pendidikan sejati bukanlah paket-paket atau kemasanpembelajaran yang berkeping-keping, tetapi bagaimanasecara spontan anak dapat terus menerus merawat minatdan keingintahuan untuk belajar. Anak mengenali tumbuhkembang yang terjadi secara berkelangsungan dalamkehidupannya. Perilaku keingintahuan -”curiosity”inilah yang banyak tercabut dalam sistempersekolahan kita. Akademik Bukanlah Keutuhan DariSebuah Pendidikan !“Empty Sacks will never stand upright”—George EliotPendidikan anak seutuhnya tentu saja bukan hanyamengasah kognitif melalui kecakapan akademik semata!Sebuah pendidikan yang utuh akan membangun secarabersamaan, pikiran, hati, pisik, dan jiwa yangdimiliki anak didiknya. Membelajarkan secara serempakpikiran, hati. dan pisik anak akan menumbuhkansemangat belajar sepanjang hidup mereka. Di sinilahdibutuhkannya peranan guru sebagai pendidik akademikdan pendidik sanubari “karakter”. Dimana merekamendidik anak menjadi “good and smart “-terang hatidan pikiran.Sebuah pendidikan yang baik akan melahirkan “how learnto learn” pada anak didik mereka. Guru-guru yangbersemangat memberi keyakinan kepada anak didiknyabahwa mereka akan memperoleh kecakapan berpikirtinggi, dengan berpikir kritis, dan cakap memecahkanmasalah hidup yang mereka hadapi sebagai bagian dariproses mental. Pengetahuan yang terbina dengan baikmelibatkan aspek kognitif dan emosi, akan melahirkanberbagai kreativitas.Thomas Edison mengatakan bahwa “genius is 1 percentinspiration and 99 percent perspiration “. Semangatbelajar —”encourage’ - Tidak dapat muncul tiba-tiba didiri anak. Perlu proses yang melibatkan hati—kesukaandan kecintaan— belajar_ Sementara di sekolah banyakanak patah hati karena gurunya yang tidak mencintaimereka sebagai anak.Selanjutnya misi sekolah lainnya yang palingfundamental adalah mengalirkan “moral litermy” melaluipendidikan karakter. Kita harus ingat bahwa kecerdasansaja tidak cukup. Kecerdasan plus karakter inilahtujuan sejati sebuah pendidikan (Martin Luther King,Jr). lnilah keharmonisan dari pendidikan, bagaimanamenyeimbangkan fungsi otak kiri dan kanan, antarakecerdasan hati dan pikiran, antara pengetahuan yangberguna dengan perbuatan yang baik ….PENUTUPMengembalikan pendidikan pada hakikatnya untukmenjadikan manusia yang terang hati dan terangpikiran— “good and smart”— merupakan tugas kitabersama. Melakukan reformasi dalam pendidikanmerupakan kerja keras yang mesti dilakukan secaraserempak, antara sekolah dan masyarakat, khususnyaantara guru dan orangtua. Pendidikan yang ada sekarangini banyak yang tidak berorientasi kepada kebutuhananak sehingga tidak dapat memekarkan segala potensiyang dimiliki anak. Atau pun jika ada yang terjadiadalah ketidakseimbangan yang cenderung memekarkanaspek kognitif dan mengabaikan faktor emosi. Begitujuga orangtua. Mereka berkecenderungan melakukantraining dini kepada anak. Mereka ingin anak-anakmereka menjadi “SUPERKIDS”. Inilah fenomena yangsedang trend akhir-akhir ini. Inilah juga awal darilahirnya era anak-anak karbitan ! Lihatlahnanti…ketika anak-anak karbitan itu menjadi dewasa,maka mereka akan menjadi orang dewasa yang ke kanak-kanakan.

*************************************************************************************
komentar gw (yg juga gw posting di milis) :
wah,bagus banget ni artikelnya..(meskipun gw gak baca kata perkata si..inti2nya aja..abis puanjang bangets..hehehe..)

Gw mgkn bukan termasuk ortu2 modern yg pengen anaknya dari kecil udah bisa semua2nya..
Gw juga gak pengen masukin anak gw ke pre-school atw apalah..meskipun kebanyakan temen2 gw kyk gitu...kmrn temen gw ada yg ngajakin bwt masukin anaknya ke pre-school bareng2..dengan alesan biar tu anak ada kegiatan..
gw cuma bisa bilang..."gak ikutan deh...dengan biaya yg lumayan..yg ada klo anak lo mogok sekolah, elo bakalan maksain tu anak utk ttp sekolah karena udah bayar mahal2..." apa ngga trauma ntar tu anak kan...

Lagian dulu juga gw (dan semua anak yg ada di generasi kita kan ngga kenal pre-school. Lsg TK malahan ada yg lgsg SD...Dan SD aja seinget gw baru diajarin baca..."Ini Ibu BUdi.." Hehehe...
Trus..apa generasi kita jadi generasi yg bego2..nggak kan...

TRus...klo liat anak2 sd skrg ada yg sekolah sampe jam 3 sore (dari jam 7 pagi)..Belum sabtunya ada ekskul pula..gw 'miris' banget...
Perasaan gw begitu itu pas gw udah SMA..itu aja udah ngerasa capek..apalagi bwt anak umur 6 - 12thn..

Belom lagi ortu2 yg udah ngajarin anak2nya ngomong bahasa inggris dan bahasa2 lain...padahal si anak ngomong bahasa indonesia aja blom bener...
kasian kali..ntar gedenya bisa2 kyk Cinta Laura..hahaha...

Soal sinetron dan tayangan2 yg gak pantes..yg bikin anak gede sblom waktunya...Ini juga pernah gw alamin...
Tiba-tiba anak gw jadi kasar bgt ngomongnya.."tusuk..potong..matiin..." hah...kaget berat gw..trnyata akibat dia nonton sinetron yg judulnya dongeng...waduh..padahal bukannya itu maksudnya buat anak2 ya...
udah gitu anak gw juga ngerti ngerti-an lagi nyanyi " kamu lah makluk tu-an yg telcita..yg paling cekci..eh..eh..eh..." ampun...
Makanya gw rela2in deh seharian dia nonton barney..sesame street..dll daripada..daripada...

sekarang si gw udah mulai ngenalin ke buku..krn kyknya dia juga tertarik..tp gw ngga ngotot ngajarin baca...iseng2 aja..lama-lama dia jadi tau sndri dan malah nanya2.."ini huruf apa ibu?...ini tulisannya apa?..ini gambar apa?"...berdasarkan pengalaman gw juga si waktu kecil..klo seneng baca tuh manfaatnya gede banget....(gw dr kecil jg udah dikenalin sama buku ma ortu gw, karna penasaran..akhirnya TK udah bisa baca..tp tanpa dipaksa lo...)

Ya..gw si bukan ortu yg perfect juga..msh harus baaanyaaak belajar lagi...Tapi intinya gw juga gak setuju sama karbit mengkarbit anak..biar aja lah tumbuh dan berkembang sesuai usianya...kyk kita-kita dulu....

Tidak ada komentar: